Belajar Ekspor : Ini Dia Syarat Ekspor Briket Arang (2024)

Menurut Maersk Line, yang bekerjasama dengan PT Carsurin, program audit dan verifikasi pabrik untuk produsen/pemasok charcoal, carbon, dan carbon black dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Audit Pabrik (Primer) – Audit kualifikasi pemasok secara mendalam, dilakukan setiap tiga tahun.
b. Audit Pabrik (Pengawasan) – Audit rutin pemantauan pemasok yang dilakukan setiap tahun di antara audit primer.
c. Pre-Shipment Inspection – Verifikasi, vanning survey dan pengujian sampel dari kontainer pengiriman masing-masing. Sampel representatif akan diuji di laboratorium sesuai dengan standar ASTM dan IMDG.

Baca Juga : Jenis dan Syarat Briket Arang Kualitas Ekspor

Setelah menyelesaikan audit pabrik, masing-masing produsen akan menerima salah satu dari penilaian berikut:
a. Acceptable (Diterima): Pabrik tidak memiliki masalah serius terkait organisasi, dokumen, proses, kontrol atau keamanan, dan tersertifikasi untuk mengirim produk charcoal, carbon, atau carbon black mereka melalui pelayaran Indonesia dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dimana diperlukan tinjauan tahunan untuk menjaga nilai “Acceptable”.
b. Not Acceptable (Tidak Diterima): Temuan audit menunjukkan bahwa pabrik memiliki beberapa masalah minor terkait organisasi, dokumen, proses, kontrol atau keamanan. Dalam situasi ini, pabrik tidak diizinkan untuk mengirim produk charcoal, carbon, atau carbon black mereka ke pelayaran Indonesia sampai temuan tersebut secara substansial diperbaiki. Tindak lanjut audit dijadwalkan dalam kisaran jangka waktu 3 (tiga) bulan.
Jika temuan tersebut dikoreksi sesuai persyaratan auditor, maka status pabrik akan diubah menjadi “Acceptable”. Namun jika pabrik tersebut tidak mengatasi temuan pada saat kunjungan kedua, penilaian pabrik tersebut akan diturunkan ke status “Rejected” (Ditolak).
c. Rejected (Ditolak): Pabrik memiliki temuan besar (mayor) terkait ketidakpatuhan. Dalam situasi ini, pabrik tidak akan diizinkan untuk mengirimkan produk charcoal, carbon atau carbon black mereka melalui pelayaran Indonesia. Jika, di kemudian hari, pabrik telah mengoreksi masalah tersebut, auditor akan memproses dengan “Primary Factory Audit”.

Vanning Survey

Setelah proses Vanning Survey selesai, Sertifikat Vanning membutuhkan pada setiap pengiriman setiap kontainer. Masalah utama adalah tentang suhu dan ruang mati saat pemuatan yang baik pada wadah. Ini penting sebagai prosedur operasi standar jika ada kasus terbakar pada membawa produk ini. Biaya survei Vanning tergantung pada lokasi Pabrik karena surveyor harus ada di setiap isian.

Arang, briket adalah bahan yang diperoleh dengan pembakaran sebagian atau karbonisasi (destilasi destruktif) bahan organik. Ini sebagian besar adalah karbon murni. Masuknya udara selama proses karbonisasi dikontrol agar bahan organik tidak berubah menjadi abu, seperti pada api konvensional, tetapi terurai membentuk arang. Karakteristik produk arang (gumpalan, briket, atau bentuk ekstrusi) sangat bervariasi dari satu produk ke produk lainnya. Jadi adalah kesalahpahaman umum untuk membuat stereotip jenis arang apa pun, mengatakan mana yang lebih panas, dll.

Arang terkadang dikemas dalam tas, keranjang, atau dibuat menjadi gulungan. Namun, biasanya dikirim dalam jumlah besar. Arang Charcoal di kemas dalam box cartoon namun terkadang ada juga arang charcoal yang dikemas dengan karung gonny bags saja, kemudian arang charcoal ini di masukan ke dalam kontainer high cube sebelum di muat ke dalam kapal laut yang membawanya ke tempat tujuan negara ekspor arang charcoal ini.

Surveyor akan mengeluarkan sertifikat untuk arang charcoal yang memenuhi persyaratan ekspor yang bisa di muat ke dalam kontainer, kemasan arang charcoal harus sesuai dengan ketentuan internasional IMDG Codes, sertifikat yang di keluarkan disebut The Vanning Survey Report.

Baca Juga : Power of Emak-Emak Ekspor Arang Rp2.5M

Cara Mendapatkan Sertifikat Ekspor Arang Briket

MSDS (Lembar Data Keamanan Material)

Dokumen MSDS memiliki kepanjangan Material Safety Data Sheet, atau dalam bahasa Indonesianya disebut dengan Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB). Sesuai dari namanya, dokumen ini merupakan selembaran referensi yang berisikan data tentang suatu barang atau produk yang mengandung bahan kimia.

Meski tidak semuanya, namun seperti yang kita tahu bahwa beberapa barang kimia memiliki kandungan yang berbahaya. Misalnya seperti sifat beracun, mudah terbakar, mudah meledak, dan beberapa sifat berbahaya lainnya. Terlebih lagi jika barang kimia tersebut merupakan barang yang berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Maka dari itu, dokumen MSDS inilah yang menjadi sebuah identitas penanda dari barang tersebut.

Di dalam dokumen berisi lembar petunjuk dan informasi mengenai bahan kimia yang terkandung dalam suatu barang beserta bahaya apa yang ditimbulkan, cara penanganan, tindakan khusus, serta informasi lainnya yang dibutuhkan untuk keselamatan.

Berikut ini adalah beberapa informasi yang terkandung dalam dokumen MSDS:

1. Product and company identification/Identifikasi produk dan perusahaan: Berisi data tentang hal yang berhubungan dengan nama produk, pembuat, dan nomor darurat.
2. Hazards identification/Identifikasi bahaya: Menunjukkan informasi tentang identifikasi sifat berbahaya pada produk tersebut.
3. Composition/information on ingredients/Informasi komposisi: Berisi tentang detail bahan-bahan yang terkandung pada produk.
4. First-aid measures/Tindakan pertama pada kecelakaan: Panduan pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan yang melibatkan produk tersebut.
5. Fire-fighting measures/Tindakan penanggulangan kebakaran: Panduan mengenai cara yang tepat untuk memadamkan kebakaran yang terjadi akibat produk tersebut.
6. Accidental release measures/Tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran: Cara untuk menanggulangi kecelakaan yang diakibatkan jika produk tumpah atau mengalami kebocoran.
7. Handling and storage/Penanganan dan penyimpanan: Tata cara mengenai hal yang harus dilakukan ketika melakukan kontak fisik dengan produk dan bagaimana cara penyimpanan yang benar.
8. Exposure controls/personal protection/Kontrol paparan dan perlindungan diri: Prosedur mengenai apa saja yang mesti disiapkan sebelum melakukan kontak fisik dengan produk.
9. Physical and chemical properties/Sifat fisika dan kimia: Berisi informasi tentang kandungan kimiawi dan sifat dasar dari produk tersebut.
10. Stability and reactivity/Stabilitas dan reaktivitas: Memuat informasi tentang hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dan dihindari agar kandungan bahan produk tersebut tetap stabil.
11. Toxicological information/Informasi toksikologi: Menunjukkan informasi tentang kandungan racun yang terdapat pada produk tersebut.
12. Ecological information/Informasi ekologi: Informasi tentang bagaimana produk tersebut bereaksi di lingkungan sekitar.
13. Disposal considerations/Pembuangan limbah: Panduan tentang penanganan limbah dan bekas kemasan yang telah dipakai suatu produk.
14. Transport information/Informasi transportasi: Berisi informasi tentang bagaimana cara pemindahan produk dari satu tempat ke tempat lain berdasarkan peraturan internasional seperti IATA, IMDG, DOT, dan lainnya.
15. Regulatory information/Informasi peraturan: Memuat informasi mengenai data produk berdasarkan dengan peraturan atau undang-undang yang berlaku.
16. Other information/Informasi lainnya: Berisi informasi lainnya yang dianggap perlu selain informasi yang telah disebutkan sebelumnya.

Globally Harmonized System

Agar memiliki standar yang sesuai, pembuatan dokumen MSDS biasanya mengikuti standar internasional yang berlaku. Salah satu standar yang paling sering digunakan adalah GHS atau Globally Harmonized System.

GHS yang menjadi pendekatan universal dan sistematik dalam mendefinisikan dan mengklasifikasikan bahan kimia ini menyediakan prinsip dasar untuk penetapan program keselamatan bahan kimia. Dengan GHS, standar dokumen MSDS atau dokumen serupa lainnya di berbagai negara menjadi selaras. Dengan kata lain, GHS ini menjadi standar dalam mengklasifikasikan bahan kimia berbahaya.

Format MSDS yang diatur oleh Kemenperin dalam Peraturan No 87/M-IND/PER/9/2009 Tentang Sistem Harmonisasi Global Klasifikasi Dan Label Pada Bahan Kimia juga dibuat berdasarkan GHS.

Meskipun tidak semua produk yang memiliki bahan kimia itu berbahaya, namun dokumen MSDS ini wajib dan dibutuhkan oleh eksportir dalam kegiatan ekspor. Bukan hanya menjadi persyaratan administrasi, namun dokumen tersebut juga dibutuhkan untuk meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan ketika proses penanganan barang tersebut untuk diekspor. Sebab dalam proses penanganan barang, banyak pihak-pihak yang terlibat mulai dari pengecekan, pengangkutan , pengiriman, dan sebagainya.

Selain itu, bukan hanya pada proses pengiriman, namun juga ketika proses pembuatan dan penggunaan ketika barang tersebut sampai ke tangan importir. Maka dari itu, dokumen MSDS harus disertakan dalam suatu produk supaya bisa menjadi acuan dalam proses penanganan barang. Dimulai dari pembuatan hingga pembuangan limbahnya agar tidak terjadi hal yang diinginkan. Karena keselamatan adalah hal yang utama.

Contoh Dokumen MSDS, pada halaman pertama yang menampilkan 6 poin informasi:

Sertifikat Uji Pemanasan Sendiri

Sertifikat uji pemanasan sendiri merupakan dokumen penting dalam keselamatan ekspor arang briket. Syarat untuk mendapatkan sertifikat ini dengan memberikan profil perusahaan Anda dan dokumen utama lainnya NPWP/SIUP/TDP yang akan Anda gunakan sebagai nama eksportir pada dokumen apa pun. Juga membawa 2 kilo sampel arang Anda. Pemrosesan akan sekitar 7 hari kerja. Tidak ada tanggal kadaluwarsa pada sertifikat ini tetapi operator menerima 3-6 bulan setelah diterbitkan.

Baca Juga : Briket Arang Mendunia Susah Ekspor?

Step yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Oven laboratorium yang dilengkapi dengan sirkulasi udara internal dan mampu dikendalikan pada suhu 140°C ± 2°C.
2. Buat kubus dengan atap terbuka, sisi 100 mm, dari kasa perunggu fosfor 18.000 mesh per sentimeter persegi (350 x 350 mesh). Masukkan ke dalam kubus yang sedikit lebih besar dan pas, terbuat dari kasa perunggu fosfor 11 mesh per sentimeter persegi (8 x 8 mesh). Pasang kubus luar dengan pegangan atau pengait sehingga dapat digantung dari atas.
3. Sistem yang coco*k untuk mengukur dan mencatat suhu oven dan di tengah kubus. Termokopel “Chromel-alumel”, terbuat dari kawat berdiameter 0,27 mm, coco*k untuk mengukur kisaran suhu yang diharapkan.
4. Isi kubus dengan karbon dan ketuk perlahan, tambahkan karbon sampai kubus penuh. Taruh sampel di tengah oven yang telah dipanaskan hingga 140 °C ± 2 °C. Masukkan salah satu termokopel di tengah sampel dan yang lainnya di antara kubus dan dinding oven. Pertahankan suhu oven pada 140°C ± 2°C selama 12 jam dan catat suhu oven dan suhu sampel.
5. Karbon tidak aktif, arang tidak aktif, karbon hitam dan hitam lampu gagal uji jika suhu setiap saat selama 12 jam melebihi 200 °C.
6. Karbon aktif dan arang aktif gagal uji jika suhu setiap saat selama 12 jam melebihi 400 °C.